Workshop Pengembangan Prodi Kimia

Membangun kolaborasi riset dan publikasi yang produktif di prodi kimia

Jakarta, 18 Mei 2022. Program studi kimia menyelenggarakan workshop pengembangan program studi kimia. Seiring dengan penurunan pandemi Covid-19, workshop ini diselenggarakan secara luring di Program Studi Kimia UIN Jakarta. Workshop dihadiri oleh dosenprodi kimia uin jakarta dan sebagai narasumber adalah Dr. Mohamad Rafi (Kimia IPB University) serta dipandu oleh moderator Dr. Hendrawati, M.Si (Kimia UIN Jakarta).

Acara dimulai pada pukul 09.00 WIB dan dibuka oleh ketua program studi kimia Dr. La Ode Sumarlin, M.Si. Dalam sambutannya kaprodi kimia menyampaikan kebijakan program studi dalam mendorong produktifitas dosen kimia. Kebijakan ini dapat dilihat dan diupdate melalui laman https://kim.fst.uinjkt.ac.id/standar-minimal-performance-dosen-kimia/. Terselenggaranya acara ini diharapkan menambah motivasi kepada dosen kimia untuk produktif dalam berkarya.

Pada acara inti, narasumber berbagi pengalaman dan menyampaikan motivasi dalam menulis artikel dan membangun kolaborasi riset. Narasumber yang juga merupakan ketua Himpunan Kimia Indonesia memiliki banyak pengalaman dalam dunia publikasi dan kolaborasi riset. Dari pengalaman tersebut, terdapat beberapa poin penting yang berpengaruh signifikan terhadap produktifitas sebagai dosen dan peneliti. Diantaranya adalah bagaimana membangun rekam jejak publikasi, simbiosis mutualisme dengan pihak lain, memperkuat batang utama penelitian, dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.

Selain hal tersebut di atas, hal penting lainnya adalah jeli dalam menemukan ide penelitian. Ide penelitian bisa berasal dari mana saja. Ide bisa berasal dari masalah yang timbul di kehidupan sehari-hari, timbul saat berdiskusi dengan mahasiswa bimbingan, atau dari hal lainnya. Dicontohkan oleh beberapa topik penelitian yang telah dilakukan narasumber yang berasal dari informasi dari media massa ataupun diskusi dengan mahasiswa.

Dengan membangun rakam jejak yang baik dan terstruktur, potensi untuk melakukan kolaborasi riset akan terbuka dengan lebar. Karena seorang peneliti, terutama di Indonesia, pada dasarnya sangat membutuhkan adanya simbiosis mutualisme dengan pihak lain untuk keberlangsungan penelitiannya. (AFT)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *