WEBINAR VISION (Virtual Industry Innovation)

“Industri Sebagai Partner Strategis dalam Pengembangan Penelitian dan Proses Akademik Prodi Kimia”

Jakarta. Masih dalam suasana physical distancing, Program Studi Kimia dan Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMKA) menyelenggarakan webinar dengan praktisi industri. Webinar dilaksanakan pada hari Rabu (26/08/2020) melalui aplikasi zoom meeting. Tema yang diangkat adalah “Industri Sebagai Partner Strategis dalam Pengembangan Penelitian dan Proses Akademik Prodi Kimia”.

Webinar dipandu oleh pembawa acara Rana Syaidah Putri (Kimia 2018), moderator Aditia (Kimia 2019), dan narasumber Drs. Pre Agusta Siswantoro, Apt, MBA (Pharma R&D Group and Externam Relation Director Kalbe). Acara dimulai pukul 09.00 WIB dengan 102 peserta.

Sambutan disampaikan oleh Ketua Himka, Ketua Program Studi, Dekan Fakultas Sains dan Teknologi. Dalam sambutannya, dekan FST UIN Jakarta menyampaikan apresiasinya kepada panitia sebagai pionir penyelenggara webinar industri sejak masa pandemi covid-19.

Narasumber menyampaikan materi tentang gambaran industri farmasi di Indonesia dan roadmap menuju kemandirian dalam industri farmasi. Pasar farmasi di Indonesia diperkirakan sekitar 80-90 T atau hanya sekitar 0,5 % dari pasar dunia. Meskipun demikian, Indonesia masih mendominasi di kawasan ASEAN dengan 27% market share.

Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam mengembangkan industri farmasi. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa hampir semua obat mampu diformulasikan di dalam negeri. Masalah utama dalam menuju kemandirian industri farmasi adalah belum adanya kemampuan produksi prekursor (bahan baku) obat dalam negeri.

Sejalan dengan kebijakan pemerintah, perlu adanya usaha memanfaatkan momentum di masa covid-19. Hal ini sangat mungkin dilakukan karena industri farmasi merupakan salah satu jenis industri yang tidak mengalami penurunan, bahkan cenderung meningkat selama masa pandemi.

Diskusi berjalan interaktif antara peserta dan narasumber. Banyak pertanyaan yang disampaikan oleh peserta, diantaranya mengenai isu produk halal, potensi pengembangan industri farmasi dalam skala lebih kecil, dan masih banyak lagi. Hal ini menjadikan banyak sekali pengetahuan baru dan gambaran mengenai kondisi industri farmasi di Indonesia.

Program studi kimia memiliki posisi strategis dalam pengembangan riset produksi bahan baku. Menjadi tugas bersama dalam menjembatani riset dan industri sehingga tujuan Indonesia memiliki kemandirian di bidang industri farmasi pada 2025 mampu tercapai. (AFT)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *