Ta’lim Sains Dan Islam: ”Urgensi Integrasi Sains dengan Agama”

Jakarta. Departemen Rohis (Himka) telah menyelenggarakan Talim Sains dan Islam yang berkolaborasi dengan Dewan Eksekutif Mahasiswa dengan tema “USG: Urgensi Integrasi Sains dengan Agama” yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 6 November 2022 pukul 15.50 WIB hingga 17.36 WIB. Acara ini mengundang pemateri yang merupakan CEO of Sanad Media yaitu Ustadz Muhammad Tabrani Basya, Lc.

Acara dimulai pada pukul 15.50 WIB dengan pembukaan yang disampaikan oleh Siti Saadah selaku Master of Ceremony (MC), kemudian pembacaan ayat suci Al-Qur’an yang dibacakan oleh Anggi Amiruddin Al-Wahid. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sambutan-sambutan. Sambutan yang pertama dari Leni Andriani selaku Ketua Pelaksana dan sambutan yang kedua dari Rafi Naufaldi Haykal selaku Ketua HIMKA. Dan sambutan yang ketiga dari Dr. La Ode Sumarlin, M.Si selaku Kepala Program Studi Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pemaparan ceramah disampaikan oleh Ustadz Muhammad Tabrani Basya, Lc. mengenai Urgensi Integrasi Sains Dengan Agama. Dalam Ceramahnya Beliau membahas: Sains dari pengetahuan Islam, tidak bisa lepas dari nama Ibnu Rusyd. Dalam kitabnya, beliau menyampaikan hakikat sains adalah cara pembuktian terhadap suatu kebenaran dan keberadaan tentang Tuhan. Dengan definisi itu, mempunyai beberapa teori yang ditawarkan diantaranya bahwa Allah itu Tuhan yg maha esa mempunyai kehendak atas segala sesuatu. Allah menciptakan alam semesta dengan teori-teorinya. Teori dibuat oleh Allah dan berjalan sesuai fitrah.

Bagaimana perjalanan sains dalam sejarah Islam?

Terjadi perdebatan yang luar biasa dalam perjalanan sains. Pertarungan sains dan agama lebih sering sebagai polemik yang tidak ada hentinya yang menyebabkan agama sebagai tersangka. Karena orang yang membela sains adalah orang yang rasionalis sehingga menimbulkan problem yang menyatakan bahwa agama tidak selaras dengan sains dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Para ilmuwan pada waktu itu juga tidak mendapatkan perlakuan yang tepat dari gereja. Gereja memberikan posisi yang tidak menyenangkan kepada para ilmuwan sehingga dikucilkan oleh agama ‘kristen’. Sehingga menimbulkan stigma agama yang anti sains.

Islam melihat itu sebagai suatu yg selaras. Karena agama adalah akal dan rasional. Tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal. Kita tidak hanya sekedar diajari puasa, sholat, dan zakat tapi dalam Al-Quran diajarkan ilmu-ilmu yang luas lainnya. Karena Allah menciptakan langit dan bumi, dan menyuruh manusia untuk berpikir dan bagaimana alam semesta diciptakan. Dan turunan ayat-ayat di Al-Quran lebih banyak terkait tentang ilmu alam semesta dibandingkan hukum ibadah.

Kita juga mengenal revolusi industri, hal tersebut sudah terdapat dalam Al-Quran. Contohnya adalah sebuah surat dalam Al-Quran yang artinya kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan memberi banyak manfaat bagi banyak manusia. Hal tersebut perlu diketahui bahwa agama tidak melulu mengajarkan pada hal yang terkait ibadah saja, tetapi ilmu semesta yang luas lainnya. Maka Al-Quran itu sudah berisi 3 zaman, yaitu zaman dulu, zaman sekarang, dan zaman yang akan datang.

Ada rintangan ketika sains dikembangan pada awal sejarahnya tumbuh dan berkembang di masyarakat muslim terjadi perdebatan yg luar biasa. contohnya imam Al Ghazali menyerang pendapat Ibnu Sina dan Al Farabi (ilmuwan muslim).

  1. Kekhawatiran imam Ghozali karena sains tumbuh dan berkembangnya diilhami oleh barat dan membahayakan aqidah. Terjadi dialektika tetapi ilmuwan muslim meluruskannya dan tetap sebagai muslim yang taat dan ilmuwan di bidang masing-masing.
  2. Ada pandangan kekhawatiran bahwa para ilmuwan menganggap bahwa Tuhan tidak mengerti yang detail, kecil, dan turunan sesuatu yang umum.
  3. Terkait masalah bagaimana nanti setelah kiamat dan sebagainya.

Itulah kekhawatiran imam Al-Ghazali yg disempurnakan oleh ilmuwan Islam. Pada lahirnya ilmuwan mengakui bahwa alam semesta mempunyai rumusnya tersendiri. Sehingga tidak ada penolakan meskipun adanya kekhawatiran di awal2.

Sains dan agama tidak ada pertentangan. Agama harus mengilhami dan menginspirasi dan menjadi pelindung terhadap perkembangan Sains dan teknologi. Karena jika tidak, akan

berbahaya. Contoh, dalam dunia medis yang langsung menggunakan manusia sebagai bahan percobaan bagi eksperimen. Tidak ada agama dalam sains, maka tidak muncul adanya etika. Ilmu agama dan kedokteran juga harus mendapatkan perhatian khusus dan diperhatikan karena akan terjadi sesuatu yang membahayakan orang lain jika tidak dipelajari dengan serius. Ilmu yang separuh lebih membahayakan daripada kebodohan.

Kita harus melakukan reintegrasi. Yang berarti menghubungkan kembali sains dan agama yang sempat terpisah dalam kurun waktu yang panjang. Sehingga muncul islamisasi ilmu pengetahuan, yang menyatukan sains dengan ilmu agama. Ilmu yg paling utama adalah ilmu yg sesuai dengan kebutuhannya atau keadaannya. Jika tidak, ilmu tersebut akan ditinggal oleh zaman dan masyarakat.

Setelah semua materi tersampaikan, dilakukan sesi tanya jawab yang dipandu oleh Ahlan Maulidi selaku moderator. Pada sesi ini, para audiens sangat antusias bertanya kepada pemateri dan terjawab seluruh pertanyaan dengan jawaban yang menginspirasi. Acara selanjutnya yaitu dokumentasi yang dipandu oleh Anggi Amiruddin Al-Wahid. Kemudian

dilanjut dengan pembacaan doa dan penutup yang dibacakan oleh Ferryana Violin Kusuma. Acara telah berakhir pada pukul 17.45 WIB.

Semoga materi yang telah disampaikan oleh Ustadz Muhammad Tabrani Basya, Lc. ini dapat memberikan pemahaman kepada kita mengenai urgensi integrasi sains dengan agama, sehingga kita selaku umat muslim dapat menerapkan dan mengintegrasikan kembali ajaran agama dengan ilmu sains. (HIMKA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *