“Pengembangan Metode & Produksi Kit CepAD (Rapid Test Covid-19 Antigen Diagnosis) dalam mendeteksi dini penyebaran Covid-19 di Indonesia“
Jakarta. 5 Juli 2021. Masa pandemi covid sudah berlangsung sejak Maret 2020. di Indonesia sendiri, sampai bulan Juli 2021, lonjakan kasus positif covid terus terjadi hingga pemerintah menetapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Keadaan ini mengharuskan adanya inovasi untuk mengatasi hal tersebut. Diantara langkah strategis adalah dengan membuat metode deteksi awal infeksi virus covid yang murah dan efisien. Prodi kimia menyelenggaran studium generale dengan tema “Pengembangan Metode & Produksi Kit CepAD (Rapid Test Covid-19 Antigen Diagnosis) dalam mendeteksi dini penyebaran Covid-19 di Indonesia”. Narasumber yang dihadirkan adalah Muhammad Yusuf, Ph.D dari Universitas Padjadjaran dengan moderator Dr. Sandra Hermanto, M.Si.

Stadium general dimulai pada pukul 09.00 wib dengan pembawa acara Jasmine Syifa Dilia (Kimia 2019). Acara diawali dengan pembacaan surat al oleh Afifah Rizki Aulia (Kimia 2020) dan dibuka oleh dekan fakultas sains dan teknologi, Nashrul Hakiem, S.Si., M.T., Ph.D. Peserta yang hadir sebanyak 180 orang yang berasal dari mahasiswa aktif prodi kimia, alumni, dosen, dan undangan.

Berangkat dari kondisi indonesia yang mengalami darurat dalam penanganan covid-19. Salah satu kelemahan yang kita alami adalah terbatasnya alat pendeteksi dini infeksi virus. Narasumber memaparkan materi mengenai pengembangan metode dan produksi rapid tes sebagai cara cepat deteksi awal infeksi virus corona. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, metode deteksi dengan rapid tes menjadi yang paling masuk akal untuk diterapkan di Indonesia. Hal ini mengacu pada aspek ekonomi, kecepatan, dan pertimbangan ketersediaan. Tujuan besarnya adalah Indonesia mampu secara mandiri menyediakan dan melaksanakan tes antigen untuk mengatasi wabah covid-19.

Dengan pendekatan dari berbagai bidang kajian. Rapid test buatan Indonesia telah berhasil dibuat. Salah satunya adalah pendekatan dari sisi kimia melalui bioinformatika, simulasi komputasi, dan analisa kimia secara laboratorium. Selain itu, kolaborasi dengan industri dan berbagai lembaga pemerintah juga sangat dibutuhkan. Kekuatan terbesar dalam mengatasi pandemi adalah kerja sama dan penyatuan visi.


Berkaca pada kenyataan bahwa di Indonesia terdapat virus penyebab penyakit yang masih membutuhkan metode deteksi yang cepat dan murah. Tidak menutup kemungkinan metode yang digunakan pada pembuatan rapid test covid-19 juga juga diterapkan pada penyakit infeksi virus lainnya. Sebagai contoh adalah virus dengue yang memiliki tingkat mortalitas yang tinggi.

Topik pembahasan yang sangat menarik dan aplikatif ini menimbulkan banyak diskusi. Diantaranya topik menarik yang didiskusikan adalah tentang pengembangan di masa mendatang dan bentuk kolaborasi potensial yang bisa dilakukan. Kolaborasi menjadi kata kunci untuk terus dapat berinovasi, sesuai dengan closing statement yang disampaikan oleh ketua prodi kimia UIN Jakarta, Dr. La Ode Sumarlin, M.Si.

Acara berakhir pada pukul 12.00 wib dan ditutup dengan doa oleh Nur Syifa Ninda Alfani (Kimia 2020). Dengan dilaksanakannya acara ini diharapkan mampu membuka wawasan kepada peserta. Setiap masalah akan memunculkan peluang untuk berkembang. Hal ini sesuai dengan apa yang selalu kita yakini, di setiap kesulitan selalu ada kemudahan dan jalan. Pada akhirnya, semoga pandemi segera berakhir dan kita senantiasa mendapatkan berkah sehat wal afiat. (AFT)